Rabu, 15 September 2010

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga sebagi dinamisator masyarakat itu sendiri. Memang kita semua mengatahui betapa sektor pendidikan selalu terbelakang dalam berbagai sektor pembangunan lainnya, bukan saja karena sektor itu lebih dilihat sebagi sektor konsumtif, juga karena “by definition” pendidikan adalah penjaga status quo masyarakat itu sendiri. Bayangkan betapa runyamnya kehiduipan ini apabila tidak ada dasar pijakan dan tidak ada bintang penunjuk jalan.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan yang berarti “education” adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.2 Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).3
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya. Sedangkan pengetahuan adalah objek dari pada manusia melakukan proses pendidikan itu sendiri.

B. PEMBAHASAN
Pembahasan ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dimulai dengan meletakkan ilmu pengetahuan dalam system penggolongan (sistematika) ilmu pengetahuan. Menurut sistemnya ilmu pengetahuan dibedakan sebagai berikut :
a. Ilmu-ilmu murni ; berdiri sendiri lepas dari pada ilmu pengalaman (empiri). Contoh : Matematika.
b. Ilmu-ilmu pengalaman (empiri) ; diperoleh berdasarkan pengalaman. Jadi objeknya adalah gejala-gejala kehidupan, baik yang nampak maupun tidak nampak.4
Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris yang diangkat dari pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara praktis. Dengan menempatkan kedudukan ilmu pendidikan di dalam sistematika ilmu pengetahuan, maka uraian selanjutnya adalah ilmu pendidikan sebagai Ilmu Normatif dan Ilmu pendidikan sebagai Ilmu Teoritis dan Praktis.

1. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Normatif
Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah “manusia” itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia itu biasanya termask bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik-praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang melakukan pendidikan.
Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan ciri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai tidak diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tetapi secara normative bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat dan pandangan hidup, malah dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang.5

2. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu yang Bersifat Teoritis dan Praktis
Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan mensistemkan di dalam swapikirnya masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan. Jadi dari praktik-praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran-pemikiran teoritis inilah yang disusun dalam satu system pendidikan yang biasa disebut Ilmu Mendidik Teoritis.
Terdapat hubungan antara ilmu mendidik teoritis, sistematiss dan histories. Apa sajakah yang dapat disumbangkan sejarah pendidikan bagi teori pendidikan maupun praktik pendidikan?. Meskipun ilmu mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik histories, akan tetapi ilmu mendidik histories juga memberikan bantuan dan memperkaya ilmu mendidik sistematis.
Selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara ilmu mendidik histories dan ilmu mendidik praktis. Seorang maha guru ilmu mendidik JM. Guning berkata : teori tanpa praktek adalah baik pada human cerdik cendikiawan dan praktek tanpa teori hanya terdapat pada orang gila dan penjahat – penjahat namun alangkah lebih sempurnanya ilmu pendidikan itu dilakukan dengan cara teori dan praktek secara bersama-sama.6
Untuk lebih memahami bahwa ilmu pendidikan itu adalah yang memerlukan pemikiran yang teoritis , adalah bahwa setiap pendidik memerlukan kritik- kritik sumbangan pemikiran dari para ahli/ orang lain, ia dapat belajar dari catatan-catatan kritik saran dari orang lain, yang pada akhirnya dapat dikatakan bahwa ia belajar berdasarkan teori.

C. KESIMPULAN
Dapat di tarik kesimpulan antara ilmu pendidikan dan ilmu pengetahuan terdapat hubungan yang sangat berkaitan. Orang yang melakukan ilmu pendidikan yang disebut sebagai “pendidik” akan sangat memerlukan ilmu pengetahuan dalam mana ia melakukan proses pendidikan, ia akan memerlukan :
1. Pengetahuan tentang dirinya sebagai pendidik terdapat ilmu pengetahuan yang akan di didikan kepada peserta didik .
2. Pengetahuan tentang tujuan dari pada ia melakuakn pendidikan itu sendiri
3. Pengetahuan tentang bagaimana kondisi peserta didiknya.
4. Pengetahuan tentang metode mendidik itu sendiri.
DAFTRA PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka
Jakarta, 2002.
H.A.R. Tilaar, Prof. Dr. M.Sc. Ed., .Manajemen Pendidikan Nasional, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 1999.
Tim Dosen FIP – IKIP Malang, Dasar – Dasar Kependidikan, Usaha Nasional,
Surabaya, 1981.
1 HAR. Tilaar, Prof.Dr. M.Sc.Ed. Manajemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta. Hal 80
2 DEPDIKNAS RI . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Hal 263
3 Ibid. Hal 1121
4 Tim Dosen FIP-IKIp Malang. Dasar-Dasar Kependidikan. Usaha Nasional. Surabaya. Hal 21.
5 Ibid, Hal 23.
6 I b i d, Hal 28

Oleh : Eko Tristiono

Sumber : http://tristiono.wordpress.com/2009/03/16/ilmu-pendidikan-sebagai-ilmu-pengetahuan/

Koleksi Makalah & Skripsi, Silabus & RPP KTSP, Promes, Prota, Pemetaan KD, Contoh PTK, Driver Notebook & Laptop

Tidak ada komentar:

Posting Komentar